Monday, November 17, 2025

Ketika Pujian Menentukan Masa Depan: Memahami Perbedaan Pujian Pribadi dan Pujian Proses

Pujian Menentukan Masa Depan (Sumber: Whisk)

Kadang tanpa kita sadari, satu kalimat pujian yang keluar dari mulut guru dapat membentuk masa depan seorang anak. Bukan tentang seberapa indah kata-katanya, tetapi bagaimana pujian itu mengarahkan cara mereka memandang belajar dan tantangan.

Pujian yang Salah Bisa Membentuk Pola Pikir yang Salah

Di sekolah, guru sering memberi pujian sebagai bentuk penghargaan kepada murid. Namun, penelitian Prof. Carol Dweck menunjukkan bahwa jenis pujian yang diberikan ternyata berpengaruh besar terhadap pola pikir (mindset) murid.

Dalam artikel How Not to Talk to Your Kid (Bronson, 2007), Dweck melakukan percobaan pada 400 murid kelas 5 di New York. Semua murid diberi tes sederhana. Setelah tes pertama, mereka diberikan dua jenis pujian:

  • Pujian Pribadi: “Kamu pasti pintar.”
  • Pujian Proses: “Kamu pasti sudah bekerja keras.”

Ketika diberikan pilihan tes kedua antara soal mudah dan soal jauh lebih sulit, hasilnya mengejutkan:

  • Murid yang dipuji dengan Pujian Pribadi lebih memilih soal mudah.
    Mereka ingin tetap terlihat “pintar” dan takut gagal.

  • Lebih dari 90% murid yang dipuji dengan Pujian Proses memilih soal sulit.
    Mereka melihat tantangan sebagai kesempatan belajar, bukan ancaman.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pujian Pribadi mendorong terbentuknya Pola Pikir Tetap (PPT), sedangkan Pujian Proses menumbuhkan Pola Pikir Bertumbuh (PPB).

Contoh Pujian: Mana yang Membangun, Mana yang Melemahkan?

Berikut perbandingan yang sering muncul dalam keseharian guru:

Pujian Pribadi (kurang tepat)

Pujian Proses (tepat)

“Kamu memang berbakat dalam Matematika.”

“Kamu butuh materi yang menantang otakmu.”

“Kamu pintar sekali.”

“Kamu menggunakan strategi yang baik untuk menjawab soal ini.”

“Kamu anak yang baik.”

“Usaha yang kamu tunjukkan patut diapresiasi.”

“Wow, kamu seniman luar biasa!”

“Latihan melukismu terlihat dari hasil karyamu.”

“Kamu terlahir menjadi penulis.”

“Pilihan kata-katamu menunjukkan proses belajar yang baik.”

Dari contoh tersebut terlihat jelas bahwa Pujian Proses fokus pada usaha, strategi, ketekunan, dan perkembangan, sementara Pujian Pribadi fokus pada identitas yang dianggap bawaan sejak lahir.

Mengapa Guru Perlu Beralih ke Pujian Proses?

  1. Menumbuhkan Keberanian Menghadapi Tantangan. Murid yang terbiasa menerima Pujian Proses tidak mudah takut gagal. Mereka memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari perjalanan belajar.
  2. Memotivasi Murid untuk Terus Berusaha. Ketika usaha dihargai, murid akan terpacu mencoba lagi, memperbaiki strategi, dan tidak cepat menyerah.
  3. Mengajarkan Makna Sukses yang Sebenarnya. Sukses bukan hanya hasil. Sukses adalah perjalanan panjang yang penuh usaha, evaluasi, dan kerja keras.

Pujian yang Tepat Adalah Hadiah Seumur Hidup

Sebagai guru, kita bukan hanya mengajar materi pelajaran. Kita sedang menanamkan cara berpikir yang akan mereka bawa sepanjang hidup. Pujian sederhana mungkin hanya beberapa detik di telinga murid, tetapi efeknya bisa bertahun-tahun dalam membentuk karakter dan keberanian mereka menghadapi dunia.

Ajaklah murid-murid kita untuk mencintai proses. Sebab proses adalah ruang tempat mereka bertumbuh, belajar, dan menemukan kekuatan diri.

0 komentar: