Thursday, October 23, 2025

Santri Digital: Dari Pesantren ke Panggung Dunia

Santri Digital

Peringatan Hari Santri 2025 dengan tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” mengajak kita menengok masa depan. Jika dahulu santri berjuang dengan bambu runcing dan doa yang mengguncang langit, maka santri masa kini berjuang dengan pena, pikiran, dan jari-jemari yang menari di dunia digital. Dunia telah berubah, dan pesantren pun ikut bertransformasi.

Kini, pesantren bukan lagi tempat yang identik dengan kehidupan sederhana dan terpencil. Banyak pesantren mulai mengintegrasikan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajar. Santri tidak hanya membaca kitab kuning, tetapi juga belajar coding, desain grafis, komunikasi digital, bahkan kewirausahaan berbasis syariah.

Transformasi ini bukan sekadar adaptasi, melainkan langkah strategis untuk memastikan nilai-nilai Islam tetap relevan di tengah gelombang globalisasi. Santri yang melek digital bukan berarti kehilangan identitas; sebaliknya, mereka memperluas dakwah dengan cara yang lebih cerdas, kreatif, dan berdampak luas.

Santri dan Dunia Digital: Antara Tantangan dan Peluang

Era digital membawa dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia membuka peluang besar bagi santri untuk menebar manfaat tanpa batas. Melalui media sosial, podcast, YouTube, hingga platform edukasi, santri bisa menjadi influencer kebaikan, menyebarkan pesan damai dan ilmu yang mencerahkan.

Namun di sisi lain, ruang digital juga menghadirkan tantangan. Arus informasi yang cepat sering kali tidak diimbangi dengan literasi yang memadai. Di sinilah peran santri menjadi penting, sebagai penjaga moral dunia maya, pelurus informasi, dan penyampai pesan bijak di tengah kebisingan digital. Santri masa kini tidak hanya perlu tafaqquh fiddin, tetapi juga tafaqquh fid-digital  memahami dunia maya dengan etika, literasi, dan tanggung jawab sosial.

Moderasi Beragama di Dunia Maya

Salah satu peran strategis santri abad ini adalah menjadi agen moderasi beragama di ruang digital. Ketika banyak narasi ekstrem, kebencian, dan hoaks menyebar di media sosial, santri hadir dengan narasi kesejukan.

Mereka tidak membalas dengan amarah, tetapi dengan hikmah. Mereka tidak mempersempit perbedaan, tetapi memperluas pemahaman. Inilah bentuk jihad baru di era digital yakni jihad ilmu, jihad literasi, jihad menebar kedamaian.

Santri digital sejati bukan hanya tahu cara “berdakwah di TikTok” atau “berceramah di YouTube,” tetapi tahu kapan harus berbicara, bagaimana menjaga adab, dan bagaimana menggunakan teknologi untuk menumbuhkan kemaslahatan.

Dari Pesantren ke Peradaban Dunia

Peradaban dunia kini tidak hanya dibangun oleh kekuatan militer dan ekonomi, tetapi oleh kekuatan moral dan intelektual. Santri memiliki modal besar: akhlak, disiplin, dan semangat belajar tanpa henti. Jika nilai-nilai ini dipadukan dengan teknologi dan inovasi, maka pesantren bisa menjadi pusat peradaban baru serta tempat lahirnya ilmuwan yang religius, pebisnis yang jujur, dan pemimpin yang berakhlak. Dari pesantren kecil di pelosok negeri, bisa lahir karya besar untuk dunia. Dari tangan santri, bisa tumbuh solusi bagi kemanusiaan.

Santri Masa Lalu vs Santri Masa Depan

Santri hari ini bukan hanya penjaga tradisi, tapi juga penulis masa depan. Mereka membangun jembatan antara nilai-nilai lama yang luhur dengan dunia baru yang dinamis.
Mereka menunjukkan bahwa menjadi santri tidak berarti tertinggal, tetapi justru menjadi garda depan perubahan.

Hari Santri 2025 mengingatkan kita Bahwa perjuangan belum selesai. Bahwa kitab dan keyboard kini sama pentingnya. Bahwa doa dan data bisa berjalan seiring untuk Indonesia yang maju, damai, dan berperadaban dunia.

 

0 komentar: